Info

Besok Terakhir! Segera Laporkan Realisasi Investasi Dividen ke DJP

JAKARTA, KWANews – Ditjen Pajak (DJP) mengimbau wajib pajak penerima dividen dalam negeri dan luar negeri serta penerima penghasilan luar negeri dari bentuk usaha tetap (BUT) dan bukan BUT untuk menyampaikan laporan realisasi investasi.

Dividen dapat dikecualikan dari objek PPh jika wajib pajak menginvestasikan dividen itu di Indonesia dan menyampaikan laporannya kepada DJP. Hanya wajib pajak badan yang menerima dividen dalam negeri saja yang PPh-nya dikecualikan tanpa perlu diinvestasikan.

“Batas akhir penyampaian laporan realisasi investasi pada tahun pajak 2020 adalah 31 Maret 2021 untuk wajib pajak orang pribadi dan 30 April 2021 untuk wajib pajak badan,” tulis DJP dalam keterangan resmi, Selasa (30/3/2021).

Apabila laporan realisasi investasi disampaikan melalui batas waktu yang telah ditentukan maka dividen dan penghasilan lain tersebut menjadi terutang pajak. DJP pun menegaskan tidak ada pengunduran masa pelaporan realisasi investasi.

“Batas waktu pelaporan yakni 31 Maret 2021 dan 30 April 2021 tersebut tidak bisa mundur karena adanya hari libur nasional atau hari Sabtu-Minggu mengingat pelaporannya dilakukan secara daring,” tegas DJP.

Untuk menyampaikan laporan realisasi investasi atas dividen atau penghasilan luar negeri yang diterima wajib pajak dapat memanfaatkan fitur e-reporting investasi yang telah tersedia pada DJP Online.

Untuk memanfaatkan aplikasi e-reporting investasi, wajib pajak perlu melakukan aktivasi terlebih dahulu pada menu Profil DJP Online. Wajib pajak hanya perlu memberi tanda centang e-reporting investasi pada bagian Aktivasi Fitur Layanan.

Terdapat beberapa informasi yang perlu dilaporkan agar dividen yang diterima bisa dikecualikan dari pengenaan PPh. Informasi yang perlu dicantumkan pada e-reporting investasi mirip dengan format dokumen laporan realisasi investasi pada Lampiran VII PMK 18/2021.

Terus Naik, Ini Update Pelaporan SPT Tahunan Hingga Pagi Tadi

JAKARTA, KWANews – Menjelang deadline untuk wajib pajak orang pribadirealisasi pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan terus mengalami peningkatan.

Hingga hari ini, Selasa (30/3/2021) pukul 08.51 WIB, Ditjen Pajak (DJP) mencatat total SPT Tahunan yang masuk sudah mencapai 9,9 juta. Jumlah tersebut mencatatkan peningkatan hingga 13,8% dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 8,7 SPT.

“Dibandingkan dengan tahun yang lalu, untuk saat ini pelaporan SPT lebih tinggi 1,2 juta SPT,” tulis DJP bersamaan dengan penyampaian data tersebut, Selasa (30/3/2021).

Dari jumlah tersebut, SPT Tahunan wajib pajak orang pribadi yang sudah masuk sebanyak 9,6 juta atau mengalami kenaikan 13,6% secara tahunan. Sementara SPT Tahunan wajib pajak badan yang sudah masuk sebanyak 299.838 atau naik 17,5% secara tahunan.

DJP juga mencatat pemanfaatan e-filing sebagai sarana penyampaian SPT Tahunan juga meningkat. Wajib pajak yang menyampaikan SPT melalui e-filing sebanyak 9,56 juta. Jumlah tersebut meningkat 13,5% bila dibandingkan dengan capaian periode yang sama tahun lalu 8,42 juta.

Namun demikian, penyampaian SPT secara manual juga meningkat. Hingga hari ini, jumlah SPT yang disampaikan secara manual mencapai 385.789. Jumlah tersebut mengalami peningkatan hingga 19,6% secara tahunan.

Adapun porsi pelaporan SPT melalui e-filing mencapai 96,1% atau turun tipis dari capaian pada periode yang sama tahun lalu 96,3%. Sementara itu, porsi penyampaian SPT secara manual mencapai 3,9% atau naik tipis dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 3,7%.

Performa tersebut membuat peningkatan rasio kepatuhan formal wajib pajak. Adapun jumlah wajib pajak yang wajib menyampaikan SPT pada 2020 dan 2021 adalah sebanyak 19 juta. Dengan demikian, rasio kepatuhan formal hingga 30 Maret 2021 sudah mencapai 52,3%, lebih tinggi dari performa periode yang sama tahun lalu sebesar 46%.

Sering Ditanyakan Wajib Pajak (WP), Ini Solusi DJP Soal Lupa Password dan EFIN

JAKARTA, KWANews – Ditjen Pajak (DJP) menyebutkan masalah yang sering ditanyakan wajib pajak saat mengisi SPT Tahunan adalah lupa kata sandi atau password DJP Online, serta lupa Electronic Filing Identification Number (EFIN).

Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Humas DJP Neilmaldrin Noor mengatakan lupa password dan EFIN menjadi dua aspek yang paling banyak ditanyakan wajib pajak saat hendak menyampaikan SPT Tahunan secara elektronik.

“Jadi memang betul. Dari data DJP dan telepon Kring Pajak banyak wajib pajak yang problemnya lupa password dan lupa EFIN,” katanya dalam acara Speak After Lunch INews, Selasa (30/3/2021).

Neilmaldrin menyatakan solusi bagi wajib pajak yang lupa password adalah dengan memilih opsi reset password saat login DJP Online. Setelah itu, wajib pajak diharuskan mengisi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan EFIN.

Solusi berbeda jika wajib pajak menghadapi kendala lupa EFIN. Menurutnya, wajib pajak dapat mendapatkan kembali EFIN melalui beberapa saluran. Pertama, wajib pajak dapat menghubungi Kring Pajak 1500200 dan nomor EFIN akan dikirimkan melalui email wajib pajak.

Kedua, wajib pajak bisa mendapatkan EFIN melalui akun Twitter @kring_pajak. Ketiga, wajib pajak dapat mendapatkan nomor EFIN melalui laman pajak.go.id dengan menggunakan fitur live chat. Keempat, mendapatkan EFIN melalui aplikasi terbaru di laman efin.pajak.id.

Neilmaldrin menyampaikan aplikasi efin.pajak.go.id merupakan saluran terbaru bagi yang lupa EFIN dan menawarkan teknologi terbaru baru berupa pengenalan wajah untuk proses validasi permohonan EFIN dari wajib pajak.

“Kami sediakan juga yang terbaru di efin.pajak.go.id, di sana dapat dengan mudah dapatkan EFIN dengan face recognition selama syaratnya terpenuhi, yaitu dana NIK sudah sama dengan data di master file pajak,” tuturnya.

Selain itu, mendapatkan EFIN juga bisa dengan mengirimkan email kepada KPP terdaftar dengan melampirkan sejumlah dokumen. Dokumen yang harus dilampirkan wajib pajak antara foto identitas seperti NIK dan NPWP.

Kemudian, melampirkan surat keterangan terdaftar yang bisa didapatkan pada laman pajak.go.id dan melampirkan swafoto dengan menunjukkan KTP dan NPWP.

“Mendapatkan EFIN bisa dengan kirimkan email ke KPP terdaftar dan dilampirkan scan permohonan aktivasi EFIN yang bisa diunduh di pajak.go.id. Pastikan juga NIK, alamat e-mail dan telepon dalam formulir masih aktif,” ujar Neilmaldrin.

Hingga 30 Maret 2021, wajib pajak yang sudah menyampaikan SPT Tahunan mencapai 9,9 juta. Realisasi setoran SPT tersebut mencapai 60% dari target DJP untuk wajib pajak yang melaporkan SPT pada 2021 sebanyak 15,2 juta SPT.

Lebih dari 5.000 Wajib Pajak Dipindahkan dari KPP Madya ke KPP Pratama

JAKARTA, KWANews – Dirjen Pajak Suryo Utomo memindahkan ribuan wajib pajak dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya ke KPP Pratama.

Kepindahan tersebut tertuang dalam Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-117/PJ/2021. Beleid ini dirilis sehubungan dengan dilakukannya penataan kembali terhadap wajib pajak yang terdaftar pada KPP Madya.

Keputusan tersebut juga merupakan tindak lanjut dari ditetapkannya Perdirjen Pajak No. PER -05/PJ/2021 yang merupakan perubahan dari PER-07/PJ/2020. Berdasarkan pada 2 pertimbangan itu, terdapat sekitar 5.346 wajib pajak yang dipindahkan dari KPP Madya.

“Memindahkan wajib pajak … yang semula terdaftar dan melaporkan usaha pada Kantor Pelayanan Pajak sebagaimana tercantum pada kolom 4 ke Kantor Pelayanan Pajak sebagaimana tercantum pada kolom 5 lampiran keputusan direktur jenderal ini,” demikian bunyi Diktum Pertama KEP-117/PJ/2021, Jumat (26/3/3021).

Perincian daftar wajib pajak yang dipindahkan dari KPP Madya dapat dilihat pada Lampiran KEP-117/PJ/2021. Lampiran tersebut terdiri atas 191 halaman yang memuat daftar nama wajib pajak yang dipindahkan dari berbagai KPP Madya beserta KPP Baru yang ditetapkan.

Wajib pajak tersebut di antaranya berasal dari KPP Madya Medan (407 wajib pajak), KPP Madya Pekanbaru (393), KPP Madya Batam (308), KPP Madya Palembang (430), KPP Madya Jakarta Pusat (120), KPP Madya Jakarta Barat (190), KPP Madya Jakarta Selatan I (14), dan KPP Madya Jakarta Timur (60).

Kemudian, KPP Madya Jakarta Utara (367), KPP Madya Tangerang (319), KPP Madya Bandung (182), KPP Madya Bekasi (20), KPP Madya Bogor (251), KPP Madya Semarang (62), KPP Madya Surabaya (519), KPP Madya Sidoarjo (159), KPP Madya Malang (185), KPP Madya Balikpapan (301), KPP Madya Makassar (375), dan KPP Madya Denpasar (684).

Adapun terhadap wajib pajak sebagai pengusaha kena pajak (PKP) yang turut dipindahkan, akan diterbitkan keputusan pemusatan secara jabatan. Keputusan tersebut diterbitkan kepala Kanwil DJP tempat wajib pajak terdaftar melalui penelitian administrasi.

KEP-117/PJ/2021 mulai berlaku pada tanggal ditetapkan yaitu per 22 Maret 2021. Namun, Saat Mulai terdaftar (SMT) dan melaporkan usaha bagi wajib pajak tertentu sebagaimana dimaksud dalam Diktum Pertama ditetapkan sejak tanggal 3 Mei 2021.

Selain itu, beleid ini menyatakan apabila pada kemudian hari terdapat kekeliruan dalam Lampiran KEP-117/PJ/2021, akan dilakukan perubahan dan/atau perbaikan sebagaimana mestinya oleh direktur potensi, kepatuhan dan penerimaan atas nama dirjen pajak. Perbaikan tersebut akan dilakukan melalui penerbitan keputusan dirjen baru.

Cara Mengangsur Pembayaran Utang Pajak dari Surat Ketetapan

MEMBAYAR utang pajak memang harus tepat waktu, tetapi otoritas pajak juga memberikan kemudahan bagi wajib pajak untuk mengangsur utang pajak tersebut. Ketentuan tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan PMK No.242/2014 s.t.t.d PMK 18/202.

Utang pajak yang dimaksud antara lain dari Surat Tagihan pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali.

Selama ini, utang pajak tersebut harus dilunasi dalam waktu 1 bulan sejak diterbitkannya surat. Nah, KWANews kali ini akan menjelaskan cara mengajukan surat permohonan pengangsuran pembayaran utang pajak dari Surat Ketetapan Pajak (SKP).

Namun demikian, wajib pajak yang bisa mengajukan pengangsuran tersebut hanya untuk wajib pajak yang tengah mengalami kesulitan likuiditas atau dalam keadaan kahar sehingga tidak dapat melunasi pajak sesuai dengan jatuh tempo.

Mula-mula, wajib pajak membuat surat permohonan pengangsuran pembayaran pajak seperti diatur Peraturan Menteri Keuangan No. 18/2021. Surat permohonan ditandatangani wajib pajak, atau kuasa wajib pajak dengan melampirkan surat kuasa khusus.

Surat permohonan harus mencantumkan jumlah utang pajak yang pembayarannya dimohonkan untuk diangsur, masa angsuran, dan besarnya angsuran. Lalu, lampirkan alasan dan bukti kesulitan likuiditas atau keadaan di luar kekuasaan wajib pajak.

Bukti bisa berupa laporan keuangan interim, laporan keuangan, atau catatan tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto. Jangan lupa, surat permohonan harus disampaikan sebelum surat paksa diberitahukan oleh jurusita pajak kepada penanggung pajak.

Surat permohonan bisa disampaikan secara elektronik melalui saluran tertentu yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak atau tertulis. Bila tertulis, bisa disampaikan secara langsung, pos, atau perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat.

Selain itu, wajib pajak yang mengajukan permohonan pengangsuran harus memberikan jaminan aset berwujud dengan sejumlah kriteria. Pertama, aset berwujud tidak sedang dijadikan jaminan atas utang penanggung pajak pemohon.

Kedua, aset berwujud merupakan milik penanggung pajak pemohon yang dibuktikan dengan bukti kepemilikan atas aset berwujud tersebut. Jika seluruh persyaratan sudah disiapkan, silakan untuk mengajukannya ke kantor pajak.

Tambahan informasi, wajib pajak yang mengajukan permohonan pengangsuran pembayaran pajak setelah melampaui batas waktu harus memberikan jaminan aset berwujud sebesar utang pajak yang diajukan permohonan pengangsuran pembayaran pajak.

Kemudian, otoritas pajak akan melakukan penelitian terhadap kelengkapan permohonan. Otoritas pajak akan memberikan keputusan dalam jangka waktu 7 hari sejak tanggal diterima permohonan tersebut. Jika 7 hari terlewati maka permohonan otomatis disetujui.

Keputusan Dirjen Pajak bisa berupa menyetujui jumlah angsuran pajak dan/atau masa angsuran sesuai dengan permohonan wajib pajak; menyetujui sebagian jumlah angsuran pajak dan/atau masa angsuran yang dimohonkan wajib pajak; atau menolak permohonan wajib pajak.

Untuk diperhatikan, jatuh tempo angsuran diberikan paling lama 24 bulan sejak diterbitkannya keputusan persetujuan pengangsuran pembayaran pajak dengan angsuran paling banyak 1 kali dalam 1 bulan. Selesai. Semoga bermanfaat.

Batasan Pengusaha Kena Pajak Bakal Diturunkan

JAKARTA, KWANews – Pemerintah berencana menurunkan batasan omzet pengusaha kena pajak (PKP) yang saat ini dipatok senilai Rp4,8 miliar. Rencana pemerintah tersebut kembali menjadi salah satu bahasan media nasional pada hari ini, Senin (15/3/2021).

Pengaturan ulang batasan omzet PKP sudah dimuat dalam Renstra Kemenkeu 2020-2024 yang dimuat dalam PMK 77/2020. Kebijakan ini direncanakan masuk dalam RUU Pajak atas Barang dan Jasa yang akan menjadi revisi dari UU PPN.

“Perluasan tax base pengenaan pajak konsumsi … dilakukan melalui … pengaturan ulang batasan pengusaha kena pajak,” demikian bunyi bagian urgensi RUU tersebut dalam Renstra Kemenkeu 2020-2024.

Selain mengenai rencana penurunan batasan PKP, ada pula bahasan tentang penelitian yang telah dilakukan Ditjen Pajak (DJP) terhadap 55.928 wajib pajak strategis pada 2020. Jumlah tersebut melampaui target penelitian sebanyak 40.292 wajib pajak strategis.

Berikut ulasan berita selengkapnya.

  • Rencananya Dibahas Hari Ini

Anggota Komisi XI DPR Fraksi Gerindra Kamrussamad mengungkapkan rencana penurunan batasan (threshold) PKP akan dibahas dalam rapat kerja dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada hari ini.

Ada sejumlah alasan pemerintah berencana menurunkan batasan PKP tersebut. Salah satunya adalah tingginya threshold menyebabkan banyak usaha yang tidak membayar pajak. Simulasi beberapa skenario penurunan threshold berpotensi mengerek penerimaan pajak. (Kontan)

  • Basis PPN Kecil

Sebelumnya, World Bank mengusulkan adanya penurunan ambang batas pengenaan pajak penghasilan (PPh) final UMKM dan pengukuhan PKP dari yang saat ini sebesar Rp4,8 miliar menjadi Rp600 juta.

Ada sejumlah alasan pemerintah berencana menurunkan batasan PKP tersebut. Salah satunya adalah tingginya threshold menyebabkan banyak usaha yang tidak membayar pajak. Simulasi beberapa skenario penurunan threshold berpotensi mengerek penerimaan pajak. (Kontan)

KWA Consulting adalah salah satu perusahaan Jasa konsultan Pajak professional di Indonesia yang menyediakan layanan dengan cakupan luas di bidang konsultasi Pajak, Akutansi, Keuangan dan Pembukuan Perusahaan.
Contact Detail
Whatsapp: +62 81808328841
Email: admin@kwa-consulting.id
Podomoro Golf View Tower Dahoma

Jl. Raya Bojong Nangka, Bojong Nangka, Kec. Gn. Putri, Kabupaten Bogor 16963.

Office Hour

Monday - Friday,
08:00 17:00